" Dengan jumlah waktu yang sama meskipun kemampuan yang tidak sama. Tetapi orang yang menggunakan waktunya dengan bijak, acapkali mengalahkan mereka yang mempunyai kemampuan lebih."

Minggu, 20 Desember 2009

Telo (Ubi Jalar) Indonesia diminati Jepang dan Korea

Ternyata bangsa Indonesia belum terlalu serius untuk mengelola salah satu komoditi ekspor  ini. Mengingat Indonesia lahan subur untuk komoditas pertanian. tapi, selalu saja masalah PEMASARAN yang menjadi kendala hingga membuat harga jual menjadi tidak menarik bagi petani.Seperti yang di posting oleh  http://onlinebuku.com.


Sampai saat ini kepopuleran ubi jalar Ipomoea batatas atau huwi boled masih kalah dibanding beras dan jagung. Padahal di dalam umbi telo terdapat beragam manfaat luar biasa. Seperti yang dirilis oleh Nutrition Action Health letter, USA, bahwa umbi jalar menempati rangking satu dari 58 jenis sayuran. Hal ini diperkuat oleh WHO, badan kesehatan PBB jika ubi jalar mempunyai kandungan vitamin A sebanyak 4 kali wortel, sehingga sangat baik untuk mencegah kebutaan dan penyakit mata lainnya. Sedangkan kandungan Beta Coretan dan antociamin-nya sangat bermanfaat bagi balita dan anak-anak untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, rambut dan kulit serta sebagai pencegah berbagai penyakit degenetatif seperti jantung koroner, stroke dan kanker. Bagi orang yang terkena diabetes, ubi jalar sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat karea kandungan gulanya yang rendah. Karena itu pantaslah jika ubi jalar diberi predikat Sweet Potatoes is The King of Vegetables, oleh Nutrition Action Health Leter, USA.
Di Jepang, ubi jalar sejak lama telah dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang dipromosikan setara dengan hamburger atau pizza dan makanan barat lainnya. Imbasnya, Indonesia pun kabanjiran pesanan telo dari Jepang.
Meski beberapa varietes telo Indonesia sudah memasuki pasar Internasional, namun ubi jalar Cilembu asal Sumedang masih menduduki peringkat teratas pesanan Iternasional seperti Singapura, Malaysia, Korea dan Jepang. Salah satu pengolah ubi Cilembu di Bandung, Jabar, kini mampu mengekspor ubi yang telah di-oven rata-rata empat ton per bulan.
Untuk saat ini pasar internasional komoditas telo masih dikuasai China, sedang Indonesia hanya menduduki peringkat kedua. Itupun masih dibayangi Brazil dengan jarak yang sangat dekat.
Terbatas, Ubi jalar di Indonesia umumnya diusahakan petani dalam lahan yang relative sempit (skala terbatas) skala kecil, modal terbatas, dan dengan penerapan teknologi budidaya yang juga masih terbatas. Ditambah berbagai kendala, pengembangan ubi jalar di dalam negeri relative lamban. Padahal penelitian dan pengembangan (litbang) ubi jalar Indonesia sebenarnya sudah lumayan maju. Tak kurang dari 14 varietas unggul dengan produktivitas tinggi telah dihasilkan sejak tahun 1977. Beberapa diantaranya adalah Daya, Prambanan, Borobudur, Mendut, Kalasan dan Sukuh.
Pasar, Saat ini para petani Indonesia sangat membutuhkan strategi yang tepat, baik untuk konsumsi local atau ekspor mutlak terus dikembangkan. Selama ini, ada tiga pola pemasaran yang ditempuh petani dalam memasarkan ubi jalar produksinya.
Pertama, menjual langsung ke konsumen, juragan pengepul atau melalui pasar tradisional/tengkulak.
Kedua, menjual hasil panennya secara tebasan/borongan dengan estimasi harga dari tengkulak.
Ketiga, kemitraan petani dengan perusahaan pengolahan/pemasaran. “Pola ini tampak sudah cukup berkembang di kalangan petani ubi jalar, walau baru dalam skala terbatas.

Lebih bagus lagi kalau tercipta kemitraan yang melibatkan para pelaku utama bisnis ubi jalar, seperti kelompok tani, koperasi tani, pedagang, dan perusahaan industri pengolahaan hasil. Kemitraan termasuk perencanaan produksi, perkiraan jadwal/waktu permintaan pasar, jumlah dan mutu yang dibutuhkan. Dengan demikian, kemungkinan fluktuasi harga akibat panen yang tidak merata (panen raya) bisa dihindari. Kedua, produktivitas ditingkatkan melalui penerapan teknologi yang optimal sejak prapanen hingga pascapanen, antara lain dengan menggunakan varietas unggul dan perbaikan teknologi budidaya. “Menurut laporan, potensi perluasan tanaman ubi jalar saat ini masih tersedia sekitar 1.500 ha.”
Di Singapura, bandrol ubi jalar Cilembu yang sudah matang 20 dolar Singapura (Rp 149.500 kurs SGD 7.475) / porsi.
Semoga ada orang yang lebih mengetahui dan berkompeten terhadap manfaat ubi jalar.

Link :http://onlinebuku.com/2009/03/12/telo-ubi-jalar-indonesia-diminati-jepang-dan-korea-harganya-20-sgdbungkus/comment-page-1/#comment-1636

Sumber Artikel : AGROBIS. Edisi 816 – minggu ke-3 Februari 2009. hal: 29

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar anda disini ...

 

VISITOR

Jadi Penggemar

Olisus Blog Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template